Yohji Yamamoto: Sosok Pelopor Busana Avant-Garde

Had Unji
4 min readFeb 4, 2023

--

Yohji Yamamoto, Februari 2010

Jika menyebut ikon perancang busana yang identik dengan karya sexless/genderless, kita tidak bisa lepas dari sosok Yohji Yamamoto, seorang perancang busana terkenal asal Jepang. Yamamoto lahir pada tanggal 3 Oktober 1943 di Tokyo, Jepang.

Meskipun saat ini Yamamoto menjadi seorang perancang busana, siapa yang sangka, ternyata Ia mengenyam pendidikan hukum di Universitas Keio, Jepang pada tahun 1966. Ia tidak memilih untuk berkarir di dunia hukum demi membantu bisnis pembuatan gaun milik ibunya.

Pada saat inilah, kemampuan Yamamoto dalam menjahit terbentuk. Ia melanjutkan pendidikannya di Bunka Fashion College dan mengambil jurusan desain busana. Ia lulus pada tahun 1969 dan melanjutkan karirnya di dunia desain busana sampai saat ini.

Yamamoto melakukan debutnya sebagai perancang busana pada tahun 1971 di Tokyo. Selanjutnya, Yamamoto mengadakan dua peragaan lainnya di Paris (1981) dan New York (1982). Ia membuat label busananya sendiri yang bernama Y’s pada tahun 1972. Koleksi pertama dari Y’s berfokus pada busana wanita yang menggambarkan pakaian khas pria, dengan warna gelap dan potongan kain yang rapi.

Label Yohji Yamamoto dan Y’s sangat populer di Tokyo. Kedua label ini juga sudah memiliki toko resmi di Paris dan Antwerp, serta tersebar di pusat perbelanjaan kelas atas di seluruh dunia. Pada tahun 2007 sendiri, perusahaan Yohji Yamamoto melaporkan bahwa penjualan kedua label tersebut mencapai rata-rata $100 juta per tahun.

Selain label Yohji Yamamoto dan Y’s, Yamamoto juga mempunyai label lainnya, seperti S’YTE, Ground Y, Y’s Bang On!, dan masih banyak lagi. Bahkan, Ia sempat berkolaborasi dengan Adidas menciptakan label kolaborasi bernama Y-3 yang cukup terkenal di kalangan pecinta pakaian olahraga dan anak muda.

Desain Yohji Yamamoto yang Tidak Biasa

Desain busana Yamamoto memiliki kesan tidak biasa dan eksperimental, Ia sering membuat desain yang jauh dari kata “tren” dan sebagian besar dibuat dalam warna hitam. Menurut Yamamoto, warna hitam adalah warna yang sederhana dan arogan. Mungkin jika digambarkan dalam dialog, warna hitam akan mengatakan “Aku ga ganggu kamu, jadi kamu jangan ganggu aku”.

Yohji Yamamoto Fall 2020 Menswear
Yohji Yamamoto Fall 2019 Menswear

Terkenal karena desain bernuansa avant-gardenya yang dipadukan dengan gaya busana khas Jepang, Yamamoto sudah memenangkan berbagai penghargaan atas kontribusinya terhadap dunia busana, seperti Chevalier/Officier/Commandeur of Ordre des Arts et des Lettres, Medal of Honor with Purple Ribbon, the Ordre national du Mérite, the Royal Designer for Industry sampai the Master of Design award dari Fashion Group International.

Gebrakan Baru pada Industri Mode

Yamamoto sendiri melawan standar keindahan dan kecantikan khas Eropa di mana mode diasosiasikan dengan seksualitas, glamour, dan status yang digambarkan dari lekuk tubuh si pemakai. Namun, Yamamoto membuat sebuah gerakan baru yang melawan konsep haute couture atau kreasi busana dengan konsep eksklusif.

Y-3 Qasa, salah satu koleksi Adidas Y-3 yang paling berpengaruh (Sumber: https://www.sneakerfreaker.com/features/five-of-yohji-yamamotos-most-influential-adidas-y-3-designs)

Yamamoto memiliki sudut pandang tersendiri bahwa pakaian yang Ia buat tidak terpaku hanya pada pakaian pria atau wanita. Ia membuat pakaian yang dapat digunakan baik pada pria maupun wanita. Bahkan, Ia disebut sebagai pelopor desainer dengan gaya anti-fashion.

Dalam interviewnya dengan New York Times pada tahun 1983, Yamamoto mengatakan bahwa pakaian pria yang Ia buat akan sama bagusnya jika digunakan oleh wanita layaknya pakaian wanita yang Ia juga buat. Ketika Ia pertama kali memulai Y’s, Yamamoto berkeinginan supaya wanita menggunakan pakaian pria.

Mungkin jika mendengar hal ini kita akan mengernyitkan dahi, tapi Yamamoto ternyata mempunya maknanya sendiri. Sejak awal pembuatan karyanya, Ia ingin melindungi dan menyembunyikan tubuh wanita dari sesuatu — bisa saja dari angin dingin atau mata keranjang para pria.

Menjalin Hubungan Baik Jepang-Cina

Tidak hanya itu saja kontribusi Yohji Yamamoto di dunia busana, Ia juga membuat proyek amal bernama Yohji Yamamoto Fund for Peace pada tahun 2008. Proyek ini bertujuan untuk membantu perkembangan industri busana di Cina dan meningkatkan hubungan antara Cina dengan Jepang.

Ia membantu para desainer Cina yang sedang naik daun untuk mendapatkan beasiswa pendidikan selama dua tahun ke perguruan tinggi mode di Eropa atau Jepang. Selain itu, model pria atau wanita asal Cina juga berkesempatan terpilih untuk melakukan debut peragaan busana di Paris prêt-a-porter.

Sosok Yohji Yamamoto membuat desain busana avant-garde semakin berkembang. Meskipun membuat busana desain yang serba eksperimental dan tidak biasa, Ia tetap memperhatikan segi fungsi dari pakaian yang Ia rancang dan menjadi dirinya sendiri pada saat bersamaan.

--

--

Had Unji
Had Unji

No responses yet