Seruan dalam Keriuhan
—
Perih perlahan,
Hanya berpegang pada angan.
Sendu kulantunkan,
Sedih kurasakan.
—
Anggur dan roti tidak berkesan,
Rasanya hampa dalam setiap aduan,
Bertaut hanya pada adegan.
Membumbung, memudar, terhenti menjadi awan.
—
Mungkin ini kehendak Tuhan,
Menjadi tersesat dan kehilangan harapan.
Sanggup aku bertahan,
Tapi entah sampai kapan.
—
Apa yang aku cari adalah jawaban.
Sayangnya, isi otakku hanya dipenuhi teriakan.
Kerap muncul sebuah pertanyaan,
“Apa hal baik harus juga diwakili oleh dewan?”
—
Sungguh, penuh cacian dan makian,
Tertulis rapi dalam catatan,
Tertata sementara dalam pikiran.
Apakah mungkin aku hanya kurang makan?