Menari dengan Ekspektasi

Ekspektasi akan selalu melukai

Had Unji
2 min readOct 24, 2021
Source: Harusnya sih dari Tokped

Sebuah harapan tervisualisasi sedemikian rupa dibangun perlahan sedari usia muda. Harapan merupakan candu, dan itu benar adanya. Saya yang haus dan terbakar jiwanya, perlahan terbelalak dengan dunia nyata. Menaruh angan terasa sangat fana.

Kata orang tua, “Taruh mimpimu setinggi angkasa supaya kalau kamu jatuh; kamu jatuh di antara bintang”. Bintang? Bintang model apa yang dimaksud? Bintang laut? Semakin tinggi kita terbang, maka semakin sakit ketika kita jatuh, atau bahkan tubuh kita bisa sampai hancur berkeping-keping.

Harapan adalah sumber kehidupan kita. Setiap hari, kita bangun dan berharap untuk melakukan sesuatu, atau mendapat sesuatu. Jika tidak ada harapan, ya, sudah. Tidak ada tujuan apa yang mau dicapai. Hampa yang akan terasa, tanpa arah dan tujuan. Ekspektasi-ekspektasi kecil yang gagal adalah salah satu alasan pudarnya harapan yang kita miliki saat ini.

Harapan bukanlah sesuatu yang tiba tiba ditaruh atau terbentuk begitu saja. Harapan adalah hasil dari proses. Proses untuk “menari” dengan ekspektasi. Proses untuk menikmati hidup dengan ekspektasi, baik itu sesuai atau tidak. Harapan perlahan terbentuk dari proses penerimaan ekspektasi.

Banyak dari kita saat ini yang terlalu takut untuk berekspektasi. Sebagai hasilnya, banyak yang takut untuk punya harapan dan impian. Ekpektasi receh merusak kepercayaan kita pada sesuatu yang lebih besar. Ketakutan untuk jatuh membuat kita terhambat dan hampa.

Satu hal yang saya selalu ketahui, hidup tidak pernah sesuai apa yang kita inginkan. Selalu banyak “hah?” dan plot twist yang tidak terduga datang. Namun, apakah kita ingin mengalir saja, tanpa langkah dan tujuan? Hidup seperti yang kalian inginkan?

--

--

Had Unji
Had Unji

No responses yet