Melankolia dalam Fana
—
Kenyataan hadir apa adanya
Tapi melankolia hadir secara fana.
Imaji liar siap menyiksa kapan saja,
Membuai kepala, hati dan segala isinya.
—
Bayangan kedua insan hadir berlarian bersama,
Sebuah rumah sederhana dan segala isinya,
Didampingi furnitur lama dari kayu akasia.
Tanpa kamu sadari, semuanya tidak nyata.
—
Aku menyematkanmu di relung yang tidak ku sadar,
Aku menyematkanmu pada anganku ‘tuk bersandar,
Kehadiranmu tidak membuatku hambar.
Namun, egoku merongrong semakin liar.
—
Saat semua terasa begitu nyata,
Entah mengapa aku merasa itu hanya angan belaka.
Tarikan nafas ku ulang terus menerus,
Seolah jika aku berhenti, maka aku akan mati.
—
Inginku mengutuk pikiranku,
Tapi di dalamnya ada dirimu.
Inginku berjalan menjauhimu,
Tapi aku hanya mau hadirmu.
—
Kita,
Bersama,
Nyata? Fana?
Apa iya?
Puisi ini saya tulis pada tanggal 5 November 2023, ketika sedang menunggu kereta dari Stasiun Kertosono untuk kembali ke peraduan di Bandung setelah momen kedukaan dan melihat bentuk cinta yang “nyata”.